Jumat, 21 Juli 2017

Analisis Kasus Narkoba di Kalangan Artis

Penyalahgunaan narkotika tak mengenal profesi atau kalangan dalam strata ekonomi. Mulai dari artis, polisi, pedagang, hingga pejabat terlibat kasus penyalahgunaan narkotika. Berdasarkan penelitian, semua strata ekonomi dari yang tinggi, rendah, seluruh profesi di Indonesia, bisa dikatakan terdapat penyalahgunaan narkoba. Para pengedar memang sengaja masuk ke kalangan-kalangan tertentu guna melemahkan profesi dan lembaga terkait. Pengedar ini akan berusaha mempengaruhi mereka-mereka supaya di profesi itu bisa menjadi semakin melemah, termasuk juga aparat dan petugas penegak hukum, mereka akan mempengaruhi, mencoba menggalang para penegak hukum dengan berbagai macam cara.

Termasuk baru-baru ini dimana narkoba menjerat beberapa artis ibukota. Ketika berbicara tentang artis, tentu kita akan teringat dengan berbagai peran mereka di layar kaca. Kehidupan para artis memang tidak pernah luput dari per­hatian publik. Bahkan kehidupan mere­ka juga kerap menjadi sorotan media karena dianggap akan menjadi bahan yang cukup menarik bagi para pemirsa. Sejalan dengan itu, semestinya para artis dapat menjadi panu­tan, baik dalam berperilaku dan bersikap. Hal ini menjadi penting mengingat peran mereka sebagai publik figur yang tidak jarang memiliki fans dari berbagai lapisan masyarakat. Persoalannya sekarang adalah apakah para artis kita sudah menunjukkan perilaku dan sikap yang dapat dijadikan panutan di tengah-tengah kehidupan sehari-hari? Pertanyaan demikian menjadi penting kita ajukan mengingat belakangan ini, kehidupan para artis kerap menimbulkan per­soalan. Kita lihat saja misalnya belakangan ini dimana begitu banyak artis kita yang terlibat dalam kasus narkoba. Kasus terbaru misalnya artis Axel Thomas kedapatan memesan narkoba jenis happy five yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka. Selanjutnya ada artis Pretty Asmara yang diduga sebagai pengedar narkoba.

Kasus artis terjerat narkoba seolah tak ada habisnya. Kesibukan artis yang disi­bukkan dengan persiapan pentas atau pengambilan gambar secara maraton dengan jam kerja yang terkadang mele­bihi ukuran normal, membuat banyak artis yang mengalami tekanan. Sebagai pelarian atas situasi itu, nar­koba menjadi pilihannya. Alasan lain mengapa kalangan artis menjadi sasaran peredaran narkoba adalah karena posisi­nya sebagai figur publik. Banyak artis yang menjadi idola publik. Gaya hidup sang artis pun kerap menjadi anutan para penggemarnya. Para bandar narkoba tentu berharap, gaya hidup mengonsumsi nar­koba yang melanda sebagian artis juga di­iku­ti masyarakat. Menyikapi hal tersebut, tentu berpulang pada diri artis itu sendiri. Mereka semestinya menya­dari, sebagai figur publik, sepatutnya menjauhkan diri dari narkoba. Selain merugikan diri sendiri, baik dari aspek kesehatan maupun berisiko berurusan dengan hukum, hal itu juga berpotensi ditiru oleh penggemarnya.

Dengan kata lain, sang artis menu­larkan hal buruk kepada masyarakat. Poin inilah yang semestinya disadari para artis. Jangan sampai profesi mereka mendapat stigma sebagai ikon peredaran dan kon­sumsi narkoba. Peredaran dan konsumsi narkoba di kalangan artis merupakan bagian dari situasi darurat narkoba di Tanah Air. Presiden Joko Wi­dodo (Jokowi) dalam berbagai kesem­patan telah mengirim pesan yang sangat tegas, yakni tidak ada ampun bagi kejahatan narkoba, khususnya terhadap para bandar dan pengedarnya. Dengan langkah tegas menghukum mati para bandar narkoba, diharapkan dapat efektif memutus mata rantai pere­daran barang haram yang merusak masa depan bangsa itu. Meski dihujani protes dari para aktivis hak asasi manusia (HAM), pemerintah tak bergeming dengan keputusannya itu. Alasan­nya, narkoba adalah kejahatan luar biasa yang juga melanggar HAM, oleh karenanya harus diatasi dengan langkah yang luar biasa pula. Darurat narkoba di Indonesia bukanlah alasan yang mengada-ada. Bahkan, kejahatan narkoba telah menjadi ancaman serius bagi Indonesia. Hal itu tak lepas dari posisi geografis Indonesia yang sangat strategis dalam mata rantai perdagangan narkoba di dunia, ditambah jumlah penduduk besar yang menjadi pasar menggiurkan bagi mereka yang berbisnis barang haram ini.

Selain upaya represif berupa tindakan tegas terhadap bandar melalui peran BNN dan Polri, pemerintah juga perlu men­dorong upaya rehabilitasi para pengguna narkoba. Rehabilitasi ini penting dilaku­kan karena kita yakin masih banyak para pen­candu yang bisa diselamatkan dan diangkat dari lembah hitam narkoba. Kala­ngan artis semestinya mengambil peran di dalam­nya, dengan menjadi artis yang anti narkoba, bukan malah men­jadi bagian dari persoalan yang diperangi.

Kita harus menyikapi darurat narkoba yang melanda artis sebagai ancaman bagi masa depan bangsa. Bagaimanapun juga ada begitu banyak masyarakat yang meng­i­dolakan sejumlah artis. Jika kemu­dian perilaku artis justru menunjukkan adanya sesuatu yang tidak baik seperti keterlibatan dalam kasus narkoba, hal demikian akan sangat berpotensi melahir­kan contoh yang tidak baik. Bukan tidak mungkin masya­rakat akan turut terkena imbasnya. Belum lagi jika kemudian me­ngingat setiap geliat kehidupan artis, ter­masuk yang terbelit dalam kasus narkoba akan selalu disuguh­kan media. Hal tersebut sedikit banyak akan memiliki dampak buruk bagi para pemirsa layar kaca. Untuk itulah, darurat narkoba di kala­ngan artis harus benar-benar dita­ngani secara serius.

Kita sebagai masyarakat tentunya berharap agar negara kita bisa terbebas dari gelapnya dampak buruk penyalahgunaan narkoba, diharapkan juga kepada pemerintah dan lembaga-lembaga terkait dapat lebih memperhatikan lagi dan secara tegas memberantas permasalahan narkoba dalam bentuk apapun itu. dan juga diharapkan agar lebih kiat melakukan sosialisasi terhadap seluruh lapisan masyarakat, karena narkoba telah merampas negeri kita lebih ganas dari para penjajah dan dari negara yang diklaim telah merampas kebudayaan bangsa kita.

Review 10

Positive Support Langkah selanjutnya dalam mengintegrasi hak asasi manusia ke dalam praktek pembangunan adalah melalui dukungan positif...